myspace codes
.:: Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh ::.

Monday, August 29, 2005
Terukir Kembali
" Astagfirullah, gw hanya tny kbr lu. Tp kl lu ga berkenan, maafin gw " kutekan tombol select, kemudian kutekan kembali tombol tersebut setelah tampil kata send. SMS Reply kini terbang menuju tujuan.

Terpukul hatiku setelah mendapat jawaban SMSnya. Aku yang hanya menanyakan kabar serta spesifik pakaiannya. Ketika tak sengaja seorang wanita lewat didepanku. Aku sempat terpesona. Namun sesaat hilang pesonaku setelah teringat wajahnya mirip sekali dengan teman SLTPku dulu. Hitam rambutnya dan panjangnya sebahu. Berbelok kedalam disetiap ujung rambutnya.
Keindahan wajahnya masih berbekas dalam memoriku. Itu yang membuatku teringat kembali. Seorang wanita yang duduk didepanku ketika masih sekolah dulu.

" Depok....Depok....Depok....". Astagfirullah, suara itu cukup membuatku berpaling dari wajahnya. Ternyata bus yang hendak kutumpangi telah tiba. Segera kudekati. Namun sesekali kulihat wajahnya. Aku masih penasaran. Apakah dia temanku ?

Semilir angin AC bus cukup mengobati rasa panasku. Setelah setengah jam aku menunggu ditemani senyuman dari sinar matahari siang. Armada bus ini sedikit sekali. Karena penumpangnya akan ramai pada saat pagi dan sore saja.

Aku duduk dikursi dua dan dekat dengan kaca bus. Lagi-lagi bayang wajahnya terlukis indah dikaca mobil. Melintas dihadapanku dengan pesona wajah yang sangat indah. Syetan memang paling pintar mempermainkan suasana disaat waktu sedang kosong.

Kuhirup udara segar dari AC mobil. Sejuk terasa hingga keseluruh tubuhku. Kucoba membuka memori masa SLTPku sewaktu kelas 2. Sebuah nama sempat kutata rapi dalam hatiku. Wulan. Titisan rembulan yang sinarnya lembut seperti sikapnya.

***

" Wulan, tuh kan jadi kecoret " lagi-lagi dia menggangguku yang sedang asik membuat puisi.
Dia duduk tepat didepanku. Hanya dengan membalikkan badannya, dia sudah bisa asik menggangguku. Tapi walaupun demikian, aku tidak bisa marah atas kelakukannya. Aku hanya bisa memperlihatkan padanya hasil kejahilannya tanpa dibumbui rasa marah sedikitpun. Makanya dia tidak pernah bosan untuk terus mengganggu aktifitas mengarangku.

Keriangan Wulan yang asik menggangguku, membuat seorang temanku cemburu. Menurut gosip kelasku. Yang dipresenterkan oleh artis lokal yaitu Yanti. Doni yang duduk dibarisan kedua dari belakangku diam-diam menaruh perhatian sama Wulan. Tapi wulan menanggapi gosip itu sebagai angin yang cepat berlalu. Kadang Doni sering melirik kearah kami jika Wulan gembira atas keberhasilannya menjahiliku.

Dalamnya laut bisa diukur, tapi dalamnya hati siapa yang tahu. Mungkin peribahasa tersebut pantas kuberikan pada Doni. Sikapnya yang pendiam didalam kelas. Jarang bercanda dengan teman sekelasnya. Diluar kelas, dia sangat berbeda.

Sepulang jam sekolah. Aku harus bergegas keluar kelas untuk segera pulang. Karena letak sekolahku lumayan jauh dari jalan raya. Makanya aku harus berjalan kaki menelusuri gang yang sempit. Aku sengaja melewati jalan kecil agar jaraknya tidak terlalu jauh.

" Arif tunggu " sebuah suara memanggilku dari belakang. Ternyata Doni bersama teman sebangkunya mengikutiku. Padahal jalan ini bukan jalur untuk menuju rumahnya.
" Ada apa Don ? Kok lewat sini, tumben ? " aku sedikit berbasa-basi sekaligus bingung.
" Gue cuman mau ngingetin sama lu. Jangan terlalu deket sama Wulan " suaranya sedikit mengancam.
" Tar dulu Don. Perasaan, gue ga merasa ngedeketin dia "
" Alaaahh, jangan bohong deh. Gue liat sendiri dikelas tadi, lu asik bercanda sama dia "
" Don sabar, hubungan kita hanya sebatas teman. Nggak lebih. Kita sering bercanda karena tempat duduknya berdekatan. Percayalah Don " aku mencoba menenangkan perasaannya yang sepertinya sudah dibakar dengan rasa cemburu.
" Alaaahh, banyak omong lu " BUKK.

Lengannya mendarat tepat dipipi kiriku. Badanku sedikit bergoyang namun tak sampai jatuh. Terasa sebuah cairan keluar dari balik bibir kiriku. Sakit. Diapun pergi bersama meninggalkanku sendiri dalam kesakitan. Meninggalkan sebuah lukisan dipipiku. Ingin rasanya aku membalasnya. Memukul seperti dia bahkan lebih dari itu. Bila perlu kupatahkan semua tulang-tulangnya agar dia jera. Tapi aku tak mampu. Pelajaran sabar yang seminggu lalu telah kudapat, membuatku berpikir resiko yang akan dihadapi dikemudian hari.

" Rif pipi lu kenapa ? " Wulan terlihat kaget melihatku. Dia baru saja datang dipagi itu. Setelah aku yang biasa datang paling awal.
" Nggak apa-apa, biasa kepentok pintu " aku cengengesan.
" Masa kepentok sampe biru begitu ? " ternyata Wulan tidak percaya dengan alasanku. Dia terus mendesak. Mencari sebuah kenyataan.
" Ya, bisa aja kalo kepentoknya kenceng " aku terus mempertahankan pendapatku.
" Ooo ya udah, makanya kalo jalan liat-liat " akhirnya diapun mengalah. Dia langsung bergegas menuju kantin bersama temannya. Setelah ia menawarkanku untuk bergabung. Namun aku menolaknya. Nanti tambah deh lukisan berwarna biru dipipiku.

Ternyata kejadian kemarin, salah satu murid kelas 1 melihatnya. Dia salah satu murid yang aktif di OSIS. Sama seperti Wulan. Karena Wulan adalah sekertaris OSIS. Jadi dia sudah sering bertemu dengan anak 1 kelas tersebut dalam setiap rapat OSIS.

Waktu terus berlalu. Matahari tersenyum pada rembulan dikala senja. Menyalami untuk minta menggantikan tugas pada rembulan. Tiga hari sudah lukisan biru tak berbentuk dipipiku. Namun kini sedikit demi sedikit dihapus oleh waktu. Menyisakan sisa-sisa penyembuhan. Tapi walaupun demikian, ada bagian tubuhku yang belum sembuh dan mungkin takkan pernah sembuh. Masih berbekas.

" Ooo jadi lu yang bikin pipi Arif bonyok begitu " pagi itu menjadi pagi yang sangat menegangkan. Ketika Doni datang sepuluh menit sebelum bel masuk, Wulan sudah berdiri tegak didepan meja Doni. Terlihat Doni jadi salah tingkah sekaligus kebingungan. Termasuk aku.
" Heh kalo berani ngomong sama gue, Arif ga salah. Lu cemburu ceritanya ma gue ? Emang lu pikir gue suka ama lu ? " mendadak keramaian kelas kini berubah menjadi sebuah kuburan. Sepi. Donipun hanya bisa menunduk. Dia tidak berani menjawab. Dia hanyut dalam kebingungan.

" Wulan, udah jangan diperpanjang. Lagipula gue kan udah sembuh " aku coba mendekat mencairkan suasana.
" Ga bisa gitu dong Rif, orang kaya gini harus diberi pelajaran. Harus dibales, bila perlu kita laporin aja ke Kepsek " suara Wulan lantang terdengar. Doni kontan wajahnya mulai terlihat.
" Wulan, jangan dibawa Kepsek segala ah, emang ini masalah besar ? "
" Biarin biar dia jera "
" Wulan, kalo kejahatan kita balas dengan pembalasan yang bobotnya lebih dari yang dia lakukan, itu bukan jalan terbaik. Karena setelah itu sedikit sekali orang yang akan sadar dengan apa yang telah diperbuatnya. Sisanya mereka akan membalas lebih dari sebelumnya. Dan kalo itu terjadi, kapan perselisihan itu akan berakhir ?. Terus-menerus mencari balasan yang membuatnya puas. Sudahlah, ada yang lebih berhak membalas perbuatannya. Serahkanlah padaNya, sebab Ia Maha Adil. Percayalah " terlihat Wulan sedikit demi sedikit emosinya reda. Dan akhirnya dia mengerti.
" Maafin gue Rif, gue terlalu berlebihan " diapun akhirnya menuju bangkunya, setelah meninggalkan sorot matanya yang tajam pada Doni. Bel masukpun berbunyi.

Hari itu istirahat aku ingin didalam kelas. Tidak ada semangat untuk makan. Kejadian pagi tadi masih berbekas. Apalagi sorot mata Doni mengisyaratkan sebuah kebencian yang bertambah dari sebelumnya. Mungkin dia berpikir aku telah mengadu kejadian itu pada Wulan.

" Assalamu 'alaikum " suara Hanif cukup menarikku dari dunia lamunan.
" Wa'alaikum salam, eh lu Nif "
" Kok nggak istirahat ? " dia duduk disampingku, menatapku dengan senyuman.
" Lagi males Nif, lu sendiri kenapa gak istirahat ? " aku masih asik dengan posisi kepala yang tertumpu pada kedua tangan diatas meja.
" Lagi nggak " dia tersenyum. Aku sudah paham dengan jawabannya. Ini hari kamis, dan dia rajin puasa sunah.

Aku ingin sekali mencari teman untuk mendengarkan keluh kesah yang saat ini mengganjal dihati.
" Kamu masih memikirkan masalah pagi tadi " tiba-tiba dia bicara demikian seolah dia tahu dialog hatiku. Kucoba menatap wajahnya yang sudah terlihat tersenyum. Aku hanya bisa mengangguk.
" Arif, kamu tahu kan batasan dalam berteman dengan lawan jenis. Sebesar apapun kita mempertahankan prinsip bahwasanya hubungan yang terjalin hanya sebatas teman biasa. Apakah waktu yang akan datang kita bisa menjamin prinsip itu takkan tergoyah ?. Kita hanya manusia biasa yang takkan bisa mengetahui waktu yang akan datang. Walaupun hanya satu detik." aku hanya bisa diam meresapi perkatannya.
" Arif, lakukan sesuatu sebelum terlambat. Sebelum prinsipmu berubah. Sebab syetan sangat pintar mempermainkan keadaan, dia bisa saja menyamarkan sesuatu yang salah menjadi benar."
" Terus, apa yang harus gue lakuin sekarang ?"
" Kamu pindah tempat duduknya. Bangku sebelahku masih kosong. Jika kamu mau, aku ikhlas kasih buat kamu " dia tersenyum sambil menepuk bahu kananku.

Akhirnya aku pindah tempat diawali dengan bel istirahat selesai. Terlihat Wulan melihatku dengan kebingungan. Aku hanya sekilas menjawab tatapannya dengan sebuah senyuman. Kemudian aku lanjutkan melakukan kebiasannku sambil menunggu guru. Membuat puisi.

***

Peeettt. Badanku tersungkur kedepan. Hampir kepalaku menabrak senderan kursi depan. Sumpah serapah terdengar dari kenek dan sopir bus. Setelah kulihat yang terjadi, ternyata ada pejalan kaki yang menyebrang dengan mendadak. Alhamdulillah tidak ada korban. Namun menyisakan detak jantung yang berdetak begitu cepat.

Akupun kini telah kembali dari dunia lamunan. Menyisakan sebuah kenangan. Dan memaksa tanganku untuk mengambil HP dari kantong celana.

Kubuka sms inbox. Terlihat terakhir sms dari Wulan yang membuatku menelusuri dunia masa lalu. Kubuka sms itu. Perlahan kubaca isi sms. Kutelusuri kata demi kata mungkin mataku salah mengartikan kalimat tersebut. Tapi apa yang tertera dilayar HPku benar adanya. Mataku tidak salah membaca.
" Jangan SMS gue lagi, gue udah punya PACAR/TUNANGAN. Paham "

Salam,
Arana
acep.irwan@gmail.com
posted by arana (acep ruswana) @ 8:33 PM  
0 Comments:
Post a Comment
<< Home
 

Waktu Jakarta
About Me


Name: arana (acep ruswana)
Home: Cengkareng City, Jakarta, Indonesia
About Me: Ketika hidup bermasalah, dan keinginan susah dijawab, itu tanda-tanda bahwa Allah rindu kepada kita. Allah ingin kita kembali kepada-Nya, mendekati diri-Nya, dan memohon kepada-Nya. Manfaatkan energi permasalahan dan kesulitan, untuk menjadi bahan bakar yang efektif untuk mendekatkan diri kita kepada Allah. (www.wisatahati.com)

Inilah Karyaku
Links

    SundaBlog

Pengunjung
    World Web DirectoryFree Hit Counter
Komentator

Koleksi Bunga
=== Shoutul Harokah === )(.:: Bangkitlah Negriku ::.)(

Website and all contents © Copyright 2008 by .:: ARANA ::.